Minggu, 11 April 2010

Melacak Jejak Macan Dahan Kalimantan

lwis Gandrung seorang warga Desa Butong Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mengatakan, kepercayaan masyarakat setempat tertangkapnya hewan langka macan dahan berjenis kelamin jantan yang disebut satua panjang buntut atau binatang panjang ekor oleh warga suku Dayak setempat sebagai tanda kenaasan atau sial baik bagi penemu maupun binatang tersebut. Menurut dia, binatang ini sulit ditemukan sehingga bagi orang yang bisa mendapatkannya berarti binatang tersebut mengalami sial atau disebut warga setempat dengan nama kepuhunan.

Bahkan kepercayaan orang Dayak binatang ini merupakan hewan jadi-jadian atau makhluk halus, kata Alwis. Sesuai kepercayaan suku Dayak, macan dahan yang berhasil ditangkap warga berarti binatang itu mengalami sial. Sementara orang yang melihat binatang tersebut juga akan kena naas atau musibah seperti terjangkit penyakit. Kepala Kantor Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah IV Muara Teweh, Yusuf Trismanto, mengatakan, populasi salah satu binatang buas ini sudah mulai terancam karena hutan yang selama ini menjadi habitatnya sudah banyak tergusur dijadikan kawasan perkebunan, kegiatan perusahaan HPH maupun pertambangan. Mungkin karena kelaparan tidak menemukan binatang lain yang biasa menjadi santapannya sehingga macan dahan yang selalu hidup di atas pohon itu harus turun ke tanah guna mencari makanan. Ia mengatakan, kalau memang binatang itu terancam habitatnya bukan berarti akibat perburuan atau dibunuh, karena selama ini macan dahan sulit ditemukan dan keberadaannya tidak terlacak. “Kalau binatang itu terancam punah, tidak disebabkan perburuan karena selama ini tidak pernah terdengar orang menemukan binatang tersebut lalu membunuhnya,” jelas Yusuf. Menurut dia, populasi macan dahan di Kabupaten Barito Utara saat ini ada di kawasan perkebunan kelapa sawit PT Antang Ganda Utama terutama di wilayah kebun kemitraan di Desa Rarawa Kecamatan Gunung Timang. Di wilayah itu warga sering melihat macan dahan, bahkan masyarakat takut pergi ke hutan seorang diri, karena binatang itu tubuhnya cukup besar, bahkan binatang itu akan memangsa ternak babi warga setempat jika kelaparan. Macan dahan juga pernah terlacak di kawasan perkebunan sawit PT.Berjaya Agro Kalimantan dan kawasan Cagar Alam Pararawen wilayah Desa Lemo Kecamatan Teweh Tengah.

Yusuf Trismanto menyatakan secara ekologi keberadaan macan dahan di daerah ini memang ada, namun sekarang sulit ditemukan. “Hewan ini sangat langka karena kita biasanya hanya menemukan jejak atau laporan petugas dan warga masyarakat yang pernah melihatnya,” katanya. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng, Mega Haryanto menyatakan pihaknya masih berupaya menelusuri populasi macan dahan yang diperkirakan semakin jarang ditemukan. Di Kalteng macan dahan masih bisa ditemukan seperti di Taman Nasional Sebangau, Taman Nasional Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain itu di daerah lain juga diketahui memiliki habitat macan dahan dalam jumlah kecil seperti di Cagar Alam Sapat Hawung, Pararawen, Suaka Margasatwa Lamandau, Hutan Lindung Bukit Bantikap, dan Blok E kawasan Pengembangan Lahan Gambut. “Secara pasti belum diketahui habitat dan jumlahnya. Kami masih melakukan penelusuran jejak, karena macan dahan termasuk hewan langka,” ujarnya. “Populasinya dari dulu tidak diketahui, meski keberadaannya sering terlihat di sejumlah daerah konservasi di Kalteng,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng, Mega Haryanto.

Macan dahan termasuk dari ratusan jenis hewan langka yang dilindungi UU No 55/1995 tentang Konservasi dan Sumber Daya Hayati. Dalam Undang-Undang tersebut Pasal 40 mengatur jelas semua orang dilarang menangkap dan memiliki hewan-hewan langka. Macan dahan Kalimantan sebelumnya disebut dengan nama spesies Neofelis nebulosa, namun sejak tahun lalu diubah menjadi Neofelis diardi karena hasil tes DNA menunjukkan, macan dahan asal Indonesia itu memiliki banyak perbedaan sifat genetik dengan macan dahan sejenis yang tersebar di Benua Asia.

Mengacu data World Wildlife Fund (WWF), macan dahan yang baru diklasifikasikan sebagai spesies baru itu diperkirakan tersisa antara 5.000 hingga 11.000 di Kalimantan dan antara 3.000 hingga 7.000 di Sumatera. Hewan langka itu memiliki corak seperti awan yang kecil, corak bergaris ganda di punggung, dan warna rambut berwarna abu-abu yang lebih gelap daripada spesies sejenisnya. Neofelis diardi merupakan predator utama di hutan Kalimantan, dengan makanan monyet, rusa, burung, dan kadal. Ukuran gigi taring terhadap tubuhnya tergolong paling panjang di antara jenis kucing lainnya. Harapan hidupnya kini hanya tersisa di kawasan Heart of Borneo, hutan tropis di bagian tengah Borneo seluas 220 ribu kilometer persegi yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagai kawasan konservasi.

Sumber : Kasriadi Oleh : andRyana